Fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar AS (USD) berpotensi mengancam keberlangsungan ekspor furnitur seperti set kursi jati dan ukiran Kabupaten Jepara. Fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar telah mempengaruhi perhitungan bisnis yang dilakukan oleh eksportir furnitur dari kota yang dikenal sebagai Kota Ukir ini.
Dalam beberapa hari terakhir, nilai tukar rupiah terus menurun dibandingkan dengan USD. Bahkan nilai tukar telah mencapai Rp14.900 untuk 1 USD. Meskipun akhir pekan lalu terjadi penguatan nilai tukar tetapi tidak terlalu signifikan.
Salah satu pengekspor furnitur di Jepara, Arwin Noor Isdiyanto, mengatakan bahwa dalam jangka pendek, penguatan USD terhadap rupiah sebenarnya cukup menggiurkan. Karena potensi keuntungan yang diperoleh cenderung bertambah besar seiring dengab meningkatnya nilai tukar mata uang negara Paman Sam tersebut.
Tetapi dalam jangka panjang, fluktuasi nilai tukar mata uang bisa merugikan. Sebab, di satu sisi, biaya produksi juga meningkat karena harga bahan yang semakin mahal untuk pembuatan furnitur seperti kamar set jati dan set kursi kayu jati serta ukiran. Naiknya harga bahan baku tentunya akan bepengaruh terhadap peningkatan harga furnitur Jepara.
Tidak hanya itu, dikhawatirkan nominal yang diterima oleh eksportir Jepara juga akan menurun secara signifikan karena nilai tukar rupiah yang menurun. Hal ini akan mengakibatkan hilangnya minat para eksportir terhadap furnitur Jepara.
Indonesia telah mengekspor produk kayu Jepara seperti set kursi jati ke beberapa negara. Baik di kawasan Asia, Eropa dan Amerika Latin.
Untuk keberlanjutan ekspor furnitur dari Jepara, Arwin lebih puas dengan stabilitas nilai tukar rupiah. Pengusaha juga lebih santai, nyaman dan bersemangat menjalankan bisnis mereka jika kondisi ekonomi untuk keamanan menguntungkan.